Makkah dan Madinah Bukan Darul Kufar

Tanya : Saya pernah membaca bahwa ada sebagian orang mengatakan bahwa Makkah dan Madinah itu termasuk cakupan Daarul-Kafir. Apakah ini benar ?

Jawab : Perkataan tersebut adalah tidak benar. Telah tetap dalam dalil-dalil dan penjelasan para ulama bahwa Makkah dan Madinah tidak akan berubah menjadi Daarul-Kufur hingga hari kiamat. Diriwayatkan dari ’Abdullah bin Muthi’ bin Al-Aswad dari ayahnya – dahulu bernama Al-’Ash, lalu Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam menggantinya menjadi Muthi’ – ia berkata : ”Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika memerintahkan untuk membunuh beberapa tawanan di Makkah mengatakan :


لاَ تُغْزَى مَكَّةُ بَعْدَ هَذَا الْعَامِ أَبَداً وَلاَ يُقْتَلْ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ بَعْدَ الْعَامِ صَبْراً أَبَداً

”Makkah tidak akan diserang lagi setelah tahun ini untuk selama-lamanya. Dan tidak akan ada lagi orang Quraisy yang dibunuh secara sia-sia setelah tahun ini” [HR. Ahmad 3/412 no. 15445, Ath-Thahawi dalam Musykilul-Atsar no. 1508, dan Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir no. 17079; hasan].

Diriwayatkan dari Al-Harits bin Malik bin Barsha’ radliyallaahu ’anhu, ia berkata : ”Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam berkata pada hari penaklukan Makkah :

لاَ تُغْزَى هَذِهِ بَعْدَ الْيَوْمِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

”Kota ini (Makkah) tidak akan diserang setelah tahun ini sampai hari kiamat” [HR. Tirmidzi no. 1611, Ahmad 3/412 no. 15411, Al-Humaidi no. 572, dan lain-lain; shahih].
Continue reading

SIAPAKAH AHLUL HADITS?

SIAPAKAH AHLUL HADITS ???

Oleh: Syaikh Walid bin Muhammad Saif An-Nashr حفظه الله-

بسم الله الرحمن الرحيم

قال تعالى: ” وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا”

Allah berfirman: “Merekalah yang berhak dengan kalimat takwa dan patut memilikinya.” (QS. Al Fath: 26).

الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده وعلى آله وصحبه أما بعد:

Berikut ini pembahasan secara ringkas tentang golongan yang mendapat pertolongan, Ahlul Hadits dan Atsar, serta sebagian keutamaan mereka dan penjelasan singkat akan kemuliaan mereka. Kami berdoa kepada Allah mudah-mudahan pembahasan ini bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka atau termasuk orang-orang yang mengerumuni hidangan mereka dan menghadiri majelis-majelis mereka, sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN AHLUL HADITS …?

Qodli Iyadl Rahimahullahu berkata mengomentari perkataan Imam Ahmad “Kalau mereka bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak mengetahui siapakah mereka”. Beliau berkata: “Yang dimaksud Ahmad adalah setiap orang yang meyakini madzhab Ahlu Hadits.” (lihat Tuhfatul Ahwadzi: 6/434).

Continue reading

Seperti Apakah Salafi yang Dimaksud ? (bag 4-end)

Alhamdulillah, kemudian kita berada pembahasan terakhir bantahan terakhir untuk saudara A’ang Asy’ary. Pembahasan kali ini adalah pembelaan terhadap salafiyah, yang mana salafiyah dituduh habis-habisan oleh A’ang sebagai kelompok yang jauh dari sunnah, pentahdzir dan juga pembid’ah. Hal ini akan kita luruskan sesuai dengan apa yang ditulis oleh A’ang.

A’ang berkata:

Dalam bidang pengetahuan agama, mereka terlalu konsen dengan
menghafalkan tumpukan matan-syarah kitab, dan sibuk dengan fikih
furu’iyah yang sering tidak di bandingi dengan pengetahuan
kontemporer, sehingga yang terjadi adalah keluarnya fatwa-fatwa
keras pada soal khilafiyah yang sering bertabrakan dengan
kemaslahatan umat.

Menghafalkan kitab, mempelajari ilmu kalau oleh A’ang dianggap sebuah dosa, maka harusnya dia punya dalil yang benar-benar shohih, karena belajar agama, dan orang-orang berilmu derajatnya diangkat oleh Allah. Sekarang saudara A’ang, apa dalil anda sehingga menghalangi orang untuk mencari ilmu?
Berikutnya, masalah fiqih furu’iyah, kalau yang anda maksud furu’iyah adalah seperti masalah aqidah, maka anda salah kalau mengesampingkan aqidah. Justru aqidah itu adalah hal terpenting yang harus diajarkan oleh seorang muslim daripada hal yang lain.
Continue reading

Adab-adab Da’i (bag-4 habis)

Ketujuh : Hikmah

Hendaklah dakwah ke jalan Alloh itu dilakukan dengan hikmah dan cara yang baik serta penuh kelemahlembutan ketika menerangkan kebenaran, sebagaimana firman Alloh Ta’ala :

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

”Serulah ke jalan tuhanmu dengan cara yang hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS an-Nahl : 125)

Apabila dakwah ke jalan Alloh dilakukan dengan sikap kasar dan bengis, maka akan lebih banyak memadharatkan ketimbang memberikan manfaat.

Kedelapan : Penuh Perhatian

Wajib bagi seorang da’i memiliki pengetahuan terhadap realita di negeri yang ia berdakwah di dalamnya dan mengetahui kondisi manusia yang ia dakwahi. Untuk itulah ia haruslah mengerti akan permasalahan-permasalahan yang terjadi dan problematika-problematika yang tersebar di masyarakat, sehingga ia menjadi orang yang memiliki pengetahuan yang mantap dan ia dapat memilih cara dakwah yang tepat bagi orang yang didakwahinya dan mengetahui tema-tema pembahasan yang penting bagi mereka.
Continue reading

Adab-adab Da’i (bag-3)

Ketiga : Mengamalkan Ilmu

Hal ini termasuk perkara yang penting di dalam kehidupan seorang da’i. Seorang da’i tanpa amal bagaikan seorang pemanah tanpa busur. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala sendiri telah mencela orang-orang yang berupaya melakukan perbaikan terhadap manusia namun melupakan diri mereka sendiri. Alloh Ta’ala berfirman :

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS al-Baqoroh : 44)

Dan firman-Nya Subhanahu :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS ash-Shaff : 2-3)

Apabila seorang da’i adalah orang yang shalih (lurus) dan mustaqim (jujur) terhadap dirinya sendiri, maka manusia akan bersegera menerima ucapannya dan mendengar perkataannya, serta ia akan menjadi orang yang berpengaruh terhadap masyarakat.
Continue reading