Seperti Apakah Salafi yang Dimaksud ? (bag-2)

Alhamdulillah. Kita berlanjut pada pembahasan berikutnya.

Definisi Salafi yang Benar

Untuk menjelaskan apa itu salafi secara ringkas, saya ambil penjelasan Syaikh Abdul Qodir Al Arna’uth rahimahulloh dalam AL-WAJIZ FI MANHAJIS SALAF

Oleh : asy-Syaikh Abdul Qodir al-Arna`uth Rahimahullahu-

dialih bahasakan oleh Abu Salma Al Atsari

Definisi al-Wajiz secara etimologi :

Jika dikatakan : أوجز الكلام berarti memendekkan dan menjadikannya sedikit, yaitu اختصره (meringkasnya), dan kalimatnya pendek dan ringkas. الوَجْز : Perkataan dan perkara yang ringan dan sederhana. Serta الوَجْز : sesuatu yang ringkas seperti al-Wajiz.

Definisi al-Manhaj secara etimologi dan terminologi :

“النهج، والمنهج، والمنهاجartinya adalah : jalan yang nyata dan terang. Allah Ta”ala berfirman di dalam Kitab-Nya al-Aziz :

لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجا

yang artinya : “Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, kami berikan syariat dan manhaj” (al-Maidah : 48), yaitu : Syariat dan jalan yang terang lagi jelas.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan bagi tiap-tiap ummat syariat dan manhaj, Ahli Taurat memiliki syariat sendiri, Ahli Injil memiliki syariat sendiri demikian pula dengan Ahli al-Qur’an. Mereka memiliki syariat-syariat yang berbeda di dalam masalah hukum namun bersepakat di dalam masalah Tauhid (mengesakan) Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana sabda nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :

أنا أولى الناس بعيسى بن مريم في الدنيا والآخرة، الأنبياء إخوة لعلاّت، أمهاتهم شتى، ودينهم واحد، وليس بيني وبين عيسى نبي

yang artinya : “Aku adalah manusia yang lebih utama dibandingkan Isa bin Maryam di dunia dan akhirat, para nabi seluruhnya bersaudara sebapak, namun ibu-ibu mereka berbeda-beda, agama mereka adalah satu serta tidak ada nabi antara diriku dengan Isa.” Hadits Riwayat Bukhari dalam Shahih-nya, Kitabul Anbiya”, bab “wadzkur fil Kitaabi Maryaam” dan Muslim di dalam shahih-nya nomor 2365 dalam kitab al-Fadla`il, bab “Fadlu Isa “alaihi as-Salam” dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu “anhu.
Continue reading

Seperti Apakah Salafi yang Dimaksud ? (bag-1)

Bismillahirahmaanirrahiim.

Alhamdulillah. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi akhir zaman, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berserta keluarganya, shahabat serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba’du.

Tulisan saya ini berkenan dengan janji saya untuk menanggapi sebuah email yang dialamatkan kepada milis ukki-stikom yang mana janji harus ditepati dan karena itulah kali ini saya akan bahas Insya Allah sampai selesai dan semoga dengan penjelasan saya ini saudara kita yang bernama Rais bisa faham dan mengerti tentang apa itu salaf, siapa mereka dan bagaimana mereka.

Islam adalah Agama yang Haq

Tidak dipungkiri lagi Allah Subhanahu wa ta’alaa telah menurunkan sebuah petunjuk. Yang mana petunjuk itulah yang menuntun manusia menuju kepada jalan selamat. Dan jalan itu hanya satu. Banyak orang yang mengatakan, “Banyak jalan menuju Roma”, tapi di dalam Islam hanya satu jalan menuju Allah. Yaitu dengan berpegang teguh kepada Allah dan Rasul-Nya. Berpegang kepada tali agama, yaitu syari’at-syari’atnya, menolak segala unsur bid’ah dan kurafat, serta istiqomah di atas jalan tersebut, dan bersabar atas segala cobaan yang menghadangnya.

Allah Subhanahu wa ta’alaa telah berfirman dengan jelas di Al Qur’an Al Kariim:
ِ

“Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.” [Al-Ma`idah :3]

Apabila Allah Subhanahu wa ta’alaa sendiri telah berfirman demikian niscaya, setiap orang harus meyakini bahwa Islam telah sempurna, Islam adalah agama yang benar, dan telah diridhai Islam tersebut, serta tidak akan ada lagi nabi terakhir karena di ayat itu juga telah menjelaskan ajaran yang telah dibawa oleh rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam telah sempurna dan mustahil ada yang lebih sempurna lagi setelah itu.
Continue reading

Persoalan Mengucapkan Selamat Hari Raya Kepada Umat Agama Lain (bag-2)

Alhamdulillah. Pembahasan kita sekarang berlanjut kepada syubhat-syubhat yang sering ada di kalangan umat Islam terhadap hari raya kaum kafir. Sedangkan kita pada bagian pertama telah membahas tentang dasar-dasar hukumnya.

Syubhat pertama:
Saya tidak mengakui bahwa agama mereka benar, tapi saya ikut kepada perayaan mereka dengan datang ke gereja untuk menjaga persatuan. Karena negara kita adalah negara Pancasila dan sudah menjadi kewajiban kita untuk toleransi dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Jawaban:
Cukuplah hadits yang telah disebutkan pada bagian satu tentang haramnya seorang muslim melakukan ibadah di tempat di mana orang-orang kafir melakukan acara keagamaan mereka. Karena sesungguhnya tiada persatuan apabila tuhannya saja sudah beda, kitabnya saja sudah beda. Sesungguhnya persatuan dengan orang-orang kafir adalah persatuan yang nisbi, sebab Allah-lah yang telah memecah belah hati mereka, sedangkan Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

“Artinya: Dan jangan kau tiru orang-orang musyrik, Mereka memecah saling berpecah-belah”. [ Ar Ruum:31-32 ]

Dan Allah sama sekali tidak butuh kekafiran, dengan firman-Nya:

“Artinya : Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” [Az-Zumar:7]

Bukankah, tidak mengakui agama mereka sebagai agama yang haq, tapi ikut-ikutan dalam acara mereka, sekalipun hanya sekedar datang ke tempat peribadatan mereka adalah salah satu dari mereka? Kalau tidak maka sesungguhnya dia sudah termasuk orang munafik. Dan Allah melaknat orang-orang munafik.
Continue reading